We Are Health Enthusiast

Melayani Layanan Kesehatan, Khususnya Keperawatan dgn Profesional dan Ekslusive.

Find Out More Contact Langsung

Our Services

Homecare

Layanan kesehatan, khususnya keperawatan yang hadir ke rumah Anda. Seperti; rawat luka, ganti verban, pasang kateter/selang makan, cek tensi, gula darah, asam urat kolesterol.

Read More

Sunat/ Khitan

Layanan sunat/khitan modern dg metode terbaik(Superring, circle clamp, cauter/laser, manual) untuk buah hati Anda, bayi, anak, dewasa, gemuk, berkebutuhan khusus. Pelayanan profesional, private dan berpengalaman.

Read More

Boost Vitamin

Layanan infus/ injeksi vitamin C/B-12 ke rumah anda, dibawah delegasi tenaga medis/fasyankes dan dilakukan dg profesionalisme.

Read More

Rekam Medis Eleketronik (RME)

Dengan menggandeng vendor penyedia RME SIKDA OPTIMA dari pt.Tekno Kayo Int, kami menyediakan RME terintegrasi Pcare BPJS, JKN Mobile, JAK-SEHAT, Satusehat Kemenkes dan Komdigi.

Read More

Recent Work

Selasa, 26 Maret 2019

LP Pasang Kateter


LAPORAN PENDAHULUAN
PEMASANGAN KATETER URIN


PELATIHAN INI BERTUJUAN UNTUK:

Pada akhir pelatihan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1.       Menjelaskan jenis-jenis kateter urin
2.       Mengidentifikasi  indikasi pemasangan kateter urin
3.       Melakukan tehnik pemasangan kateter urin yang benar

TINJAUAN PUSTAKA: REVIEW ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM URINARIA

   Sistem urinaria terdiri dari bermacam-macam struktur dengan masing-masing fungsinya.  Struktur ini bekerja selaras untuk mengatur keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit serta  mengekskresi kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin dan asam urat) dan zat kimia asing. Selain fungsi regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekkresi renin, bentuk aktif  vitamin D dan eritropoetin. (Hall, 2003; Price and Wilson, 1995)

Struktur yang membangun sistem urinaria terdiri dari:
1.     Ginjal
2.     Ureter
3.     Kandung kemih
4.     Urethra

    Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati. Kutup atasnya terletak setinggi kosta keduabelas, sedangkan kutup atas ginjal kiri terletak setinggi kosta sebelas.

Ginjal terdiri dari komponen-komponen di bawah ini:
·      Kapsul ginjal yaitu lapisan jaringan ikat yang kuat mengelilingi ginjal
·      Korteks ginjal, terletak dibawah kapsul ginjal dan terdiri dari tubulus ginjal sebagai sistem filtrasi.





Nefron
    Nefron merupakan unit fungsional ginjal . Setiap ginjal terdiri dari satu juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi sama, dengan demikian pekerjaan ginjal dapat dianggap sebagai jumlah total dari fungsi semua nefron tersebut. Setiap nefron tersusun dari kapsula bowman yang mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung Henle dan tubulus kontortus distal yang berlanjut sebagai duktus pengumpul. Struktur inilah yang membuang sisa hasil metabolisme dari darah dan membentuk urin untuk dikeluarkan. Tiga fungsi utama nefron dapat disebutkan sebagai berikut:
1.    Mengontrol cairan tubuh melalui proses sekresi dan reabsorbsi  cairan.
2.    Ikut mengatur pH darah.
3.    Membuang sisa metabolisme darah.

Medula ginjal
    Medula ginjal terbagi-bagi menjadi baji  segitiga yang disebut piramid, tampak bercorak karena tersusun dari segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Piramid-piramid tersebut diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolom bertini.

Papila ginjal
    Papila (apeks) dari tiap piramid membentuk duktus papilaris Bellini yang terbentuk dari persatuan bagian terminal dari banyak duktus pengumpul.

Kaliks
    Setiap duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk seperti cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu membentuk kaliks mayor yang selanjutnya bersatu menjadi pelvis ginjal. Pelvis ginjal merupakan reservoir utama sistem pengumpul ginjal. Ureter menghubungkan pelvis ginjal dengan kandung kemih.
          
Ureter
    Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 10-12 inci, terbentang dari ginjal sampai kandung kemih. Fungsi satu-satunya adalah menyalurkan kemih ke kandung kemih. Urin mengalir melalui ureter karena adanya gerakan peristaltik ureter. Sebuah membrane yang terletak pada sambungan ureter dan kandung kemih berfungsi sebagai katup untuk mencegah aliran balik urin.

Kandung kemih
    Kandung kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara: dua muara ureter dan satu muara uretra. Dua fungsi kandung kemih adalah : (1) sebagai tempat penyimpanan kemih sebelum meninggalkan tubuh dan (2) dibantu oleh uretra, kandung kemih berfungsi mendorong kemih keluar tubuh. Kandung kemih dapat menampung sampai dengan 1000 ml urin. Ketika mencapai 250 ml urin dalam kandung kemih, pesan berkemih terkirim melalui corda spinal, sehingga seseorang merasakan ingin berkemih. Pengeluaran urin dikontrol oleh spingter interna dan eksterna. 

Urethra                                                                  
    Urethra adalah saluran kecil yang dapat mengembang, berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 3-5 cm mulai dari dinding anterior vagina dan keluar diantara klitoris dan ostium vagina. Pada pria panjangnya sekitar 18-20 cm, melewati prostate sampai glands penis.  Muara uretra keluar tubuh disebut meatus urinarius. (Hall, 2003 ; Price and Wilson, 1995)

Pengosongan Kandung kemih
    Urin yang terbentuk di ginjal mencapai kandung kemih oleh peristaltik ureter.  Setelah terkumpul urin akan dikeluarkan melalui proses miksi yang dikoordinasi oleh reflek miksi.
   Proses miksi awali oleh oleh timbulnya potensial aksi akibat  rangsangan pada Stretch receptor  di dinding kandung kemih yang telah terisi urin. Potensial aksi dikirim ke medulla spinalis sakralis melalui saraf aferen. Medulla spinalis sakralis  mengirim impuls ke saraf parasimpatis sakral dan ke interneuron. Interneuron meneruskan inpuls ke talamus. Talamus menyebarkan impuls ke kortek serebri. Timbulah kesadaran adanya kandung kemih  yang penuh urin.
    Rasa ingin miksi timbul bila isi kandung kemih mencapai 200 ml. Refleks miksi mulai berfungsi bila Stretch receptor   mengirimkan impuls yang adekuat ke neuron parasimpatis preganglion di medula spinalis sakralis. Saraf parasimpatis memacu kontraksi di m. Detrusor.
   Kontraksi m. Detrusor meningkatkan tekanan dalam kandung kemih. Miksi terjadi setelah spingter uretra interna dan eksterna terbuka.   Spingter ekterna di bawah kendali saraf pusat.
   Banyak hal dapat menggangu proses miksi yang normal, baik berupa kelainan anatomik maupun fungsional kandung kemih dan uretra maupun kelainan saraf. Gangguan miksi akan menimbulkan komplikasi lebih lanjut dalam sistem urinaria. Ada beberapa tindakan invasif untuk mengatasi gangguan miksi ini. Tindakan tersebut antara lain kateterisasi uretha, kateterisasi supra pubik, pungsi supra pubik. (martini, 2000)

KATETER URIN

Definisi:
   Kateter urin adalah sebuah alat berbentuk tabung yang dipasang pada bagian tubuh manusia untuk mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin dari kandung kemih (Anonim, 2005)

Jenis-jenis kateter urin:
Jenis-jenis kateter urin yang dikenal antara lain:
1. Kateter Nelathon/ kateter straight/ kateter sementara adalah kateter urin yang berguna untuk mengeluarkan urin sementara atau sesaat. Kateter jenis ini mempunyai bermacam-macam ukuran, semakin besar ukurannya semakin besar diameternya. Pemasangan melalui uretra.

2. Kateter balon/kateter Folley, Kateter Indwelling/ Kateter Tetap adalah kateter yang digunakan untuk mengeluarkan urin dalam sistem tertutup dan bebas hama, dapat digunakan untuk waktu lebih lama (± 5 hari). Kateter ini terbuat dari karet atau plastik yang mempunyai cabang dua atau tiga dan terdapat satu balon yang dapat mengembang oleh air atau udara untuk mengamankan/ menahan ujung kateter dalam kandung kemih. Kateter dengan dua cabang, satu cabang untuk memasukkan spuit, cabang lainnya digunakan untuk mengalirkan urin dari kandung kemih dan dapat disambung dengan tabung tertutup dari kantung urin, sedangkan kateter dengan tiga cabang, kedua cabang mempunyai fungsi sama dengan kateter diatas, sementara cabang ketiga berfungsi untuk disambungkan ke irigasi, sehingga cairan irigasi yang steril dapat masuk ke kandung kemih, tercampur dengan urin, kemudian akan keluar lagi. Pemasangan kateter jenis ini bisa melalui uretra atau suprapubik. (Senat mahasiswa Universitas Gadjah Mada, 1988; Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, no date)

3. Kateter suprapubik dengan bungkus Silver alloy, merupakan kateter paling baru yang dibungkus dengan perak bagian luar maupun bagian dalamnya. Perak mengandung antimikroba yang efektif, tetapi karena penggunaan perak sebagai terapi antimikroba belum sistematik, maka penggunaan jenis kateter inipun  masih terbatas dan belum jelas keakuratannya. Pemasangan kateter, sementara ini baru dapat dilakukan oleh dokter urologi dalam kamar operasi sebagai tindakan bedah minor (Saint, no date)


UKURAN KATETER

·      Wanita dewasa                                                Kateter no 14/16
·      Laki-laki dewasa                                             Kateter no 18/20
·      Anak-anak                                                       Kateter no 8/10
                                                                                               

Wanita                                                      
Laki-laki
Panjang urethra
3,7 – 6  cm
14 - 20   cm
Kateter yang masuk
5    -  7,5 cm
15 - 22,5 cm
Yang diberi jelly
3    -   4 cm                                                                                                                    
5  – 7,5   cm


TUJUAN PEMASANGAN KATETER (KATETERISASI)

1. Membantu memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan kandung kemih, terutama pada pasien yang mengalami penyakit akut, akan operasi, sakit hebat, terbatas pergerakannya atau pasien dengan penurunan kesadaran.
2. Menjaga agar kandung kemih tetap kosong, penyembuhan luka, pengobatan beberapa infeksi dan operasi suatu organ dari sistem urin dimana kandung kemih tidak boleh tegang sehingga menekan unsur lain.
3. Menjaga agar pasien dengan keluhan inkontinensia urin ( urin terkumpul di kandung kemih karena tidak dapat dikeluarkan) tetap kering bagian perineumnya , sehingga kulit tetap utuh dan tidak terinfeksi.
4. Mengukur jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat.
5. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian kandung kemih secara normal.

KONTRA INDIKASI PEMASANGAN KATETER (KATETERISASI)
1.          Striktur urethra
2.          Ruptura urethra
3.          Infeksi uretra (relatif)

ALAT DAN BAHAN
1.       Kateter urin
2.       Urin bag
3.       Sarung tangan steril
4.       Set bengkok dan pinset steril
5.       Kapas dan cairan sublimate
6.       Jelly
7.       Plester
8.       Perban
9.       Spuit dan Steril water aquadest
10.    Bengkok tidak steril
11.    Alas/ Perlak kecil
12.    Handuk kecil + Waskom isi air hangat + sabun
13.    Sampiran
14.    Lampu

PROSEDUR TINDAKAN
1.       Identifikasi pasien,
2.       Jelaskan prosedur kepada pasien,
3.       Tarik tirai tempat tidur dan atur posisi,
a.       Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan,
b.       Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut fleksi,
c.        Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi.
4.       Pasang urin bag,
5.       Pasang perlak atau alas pada klien,
6.       Tuangkan cairan antiseptic,
7.       Sediakan spuit isi aquadest,
8.       Cuci tangan dengan cara furbringer
9.       Pasang sarung tangan,
10.   Lakukan vulva/ perineum hygiene,
11.   Buka set kateter dan berikan jelly di ujung kateter,
12.   Masukkan kateter sampai urin mengalir,
13.   Ketika urin mengalir, pindahkan tangan yang tidak dominan dari labia atau dari penis ke kateter.
14.   Jika menggunakan indwelling kateter, isi balon kemudian tarik kateter ± 2,5 cm,
15.   Fiksasi kateter,
16.   Bantu pasien pada posisi yang nyaman,
17.   Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat yang bukan sekali pakai,
18.   Cuci tangan.


KOMPLIKASI
1.       Ruptur urethra
2.       Infeksi saluran kemih
3.       Striktur urethra

REFERENSI

2.     Anonim.2005.Urinary Catheter. (Online). http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003981.htm. Diakses 1 februari 2005
3.     DeCapite,T.,A.Richards.No Date.Nosocomial Urinary tract Infection http://www.Hopkins.heic.org/Infectious_diseases/Urinary_tract.htm. Diakses 20 Desember 2004.
4.  Saint, S. No date. Prevention of Nosocomial Urinary Tract Infections. (On Line). http://ahcpr.gov/clinic/ptsafety/chap15a.htm. Diakses 3 Januari 2005.
5.  Saint, S. No date. Prevention of Nosocomial Urinary Tract Infections. (On Line). http://ahcpr.gov/clinic/ptsafety/chap15b.htm.  Diakses 3 Januari 2005.
6.     Hall,J. 2003. CatheterizationBasics. (On line).  http://www.nursingceu.com/NCEU/courses/cath/. Diakses 1 februari 2005
7.     Senat  Mahasiswa Fakultas Kedoktran Universitas Gadjah Mada. 1988. Penuntun Tindakan Medik bagi Dokter Umum. Andi Ofset, Yogyakarta. Hal. 1-2.
8.     Tim Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2000. Panduan Praktek Profesi Keperawatan. Jakarta.




  
1)      PENILAIAN KETERAMPILAN PEMASANGAN KATETER

No
Aspek yang dinilai
Skore
0
1
2
1
Memberikan salam dan memperkenalkan diri



2
Menyiapkan alat dan bahan



3
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan kepada pasien, tujuan, indikasi, komplikasi



4
Mengatur posisi pasien
a.   Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan
b.  Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut fleksi
c.   Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi



8
Memasang perlak di bokong pasien



9
Menyiapkan urin bag



10
Cuci tangan dengan cara fuerbringer’s method



11
Memakai sarung tangan dengan benar (prinsip steril)



12
Lakukan sterilisasi
a.       Wanita: di vulva sampai dengan perineum
b.      Pria: dari OUE sampai pangkal penis
Arah putaran dari dalam ke luar.



13
Buka set kateter dan berikan jelly di ujung kateter, dilakukan oleh asisten



14
Ambil spuit yang sudah diisi jelly (3cc) oleh asisten, semprotkan ke dalam OUE untuk melumasi urethra.



15
Pegang kateter dengan posisi menggulung, lalu masukkan kateter perlahan-lahan sampai pangkal percabangan kateter
a.  Pada laki-laki tegakkan penis 45o, masukkan kateter 6-9 inchi, sambil pasien dianjurkan tarik nafas.
b. Pada perempuan, pastikan lubang uretra, masukan 2-3 inchi
Jika urin tidak langsung mengalir, aspirasi dengan menggunakan spuit



16
Jika sudah dipastikan kateter masuk VU (urin keluar), kembangkan balon dengan spuit 15 cc, kemudian tarik kateter ± 2,5 cm hingga ada tahanan



17
Menghubungkan kateter dengan urin bag



18
Fiksasi kateter ke bawah abdomen pasien pria atau pada paha depan untuk wanita, bantu pasien kembali ke posisi nyaman



19
Kumpulkan dan buang alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat yang bukan sekali pakai



20
Cuci tangan dan dokumentasi








TOTAL SKORE = 20













Sabtu, 16 Maret 2019

Tatalaksana Cardiac Arrest

TATALAKSANA KASUS HENTI JANTUNG

Henti jantung (cardiac arrest) dapat terjadi pada siapapun, kapanpun, dan dimanapun. Dari beberapa laporan, kasus henti jantung masih merupakan penyebab kematian terbanyak didunia. Berdasarkan hal tersebut, sebaiknya kompetensi pelayan kesehatan (dokter, paramedis, serta team bantuan medis lainnya) harus lebih ditingkatkan terutama dalam pertolongan kasus henti jantung.

Berdasar pada American Heart Association (AHA) pada Advanced Cardio-vascular Life Support (ACLS) 2010 tentang Adult Cardiac Arrest, dikemukakan bahwa kunci bertahan hidup pada cardiac arrest adalah Basic Live Support (BLS) dan sistem ACLS yang terintegrasi dengan baik. Dasar berhasilnya ACLS adalah Resusitasi Jantung Paru (RJP) yang berkualitas, dan untuk VF/ pulseless VT diperlukan defibrilasi yang cepat dan tepat. 

tatalaksana cardiac arrest

tatalaksana cardiac arrest

Gambar diatas memperlihatkan algoritma pada cardiac arrest berdasarkan AHA The 2010 ACLS. Secara keseluruhan algoritma ini sudah disederhanakan dan dirancang untuk meningkatkan RJP pada tatalaksana dari cardiac arrest. Periode pause RJP harus dibuat sesingkat mungkin, hanya pada saat memeriksa irama jantung, shock VF/VT, periksa nadi, atau memasang advanced airway.

Pada keadaan tidak ada advanced airway, suatu kompresi-ventilasi yang sinkron dapat dilakukan dengan rasio 30:2, dengan kompresi jantung luar paling sedikit 100 kali permenit. Setelah memasang supraglottic airway atau endotrakea tube, dapat dilakukan kompresi jantung luar sedikitnya 100 kali permenit, dengan terus melakukan ventilasi tanpa berhenti. 

Ventilasi diberikan sebanyak 1 kali setiap 6 sampai 8 detik (8 sampai 10 kali permenit) dan dilakukan secara hati-hati untuk menghindari berlebihnya jumlah ventilasi yang diberikan.

Ventricular Fibrillation/Pulseless Ventricular Tachycardia

Ketika monitor menampilkan irama VF/Pulseless VT maka sebaiknya langsung charge defibrillator, kemudian amankan sekitar supaya tidak terkena shock dengan mengucapkan “clear”, segera berikan sebuah shock, semua ini dilakukan secepat mungkin. RJP kemudian kembali dilanjutkan selama 2 menit setelah dilakukan shock, sebelum memeriksaan irama jantung dan nadi berikutnya.

Ketika irama jantung masih VF/VT, maka penolong pertama tetap melakukan RJP ketika yang lain menyiapkan charge defibrillator. Jika sudah siap, RJP dihentikan dan shock kembali dilakukan. Setelah itu RJP langsung dilanjutkan kembali selama 2 menit, dan nilai irama dan nadi kembali. Penolong yang memberikan kompresi jantung luar sebaiknya digantikan setiap 2 menit untuk mengurangi kelelahan. Kualitas RJP sebaiknya dimonitor berdasarkan parameter mekanis dan fisiologi.

Medikamentosa pada VF/VT mengunakan amiodarone

Amiodarone merupakan agen antiaritmia lapis pertama (first-line antiarrhythmic) pada cardiac arrest, karena secara kinis telah terbukti meningkatkan tercapainya Return of Spontaneous Circulation (ROSC) pasien VF dan Pulseless VT. Amiodarone harus dipertimbangkan ketika VF/VT yang tidak memberikan respon pada RJP, defibrillasi, dan terapi vasopressor. Jika tidak terdapat amiodarone, lidocaine dapat dipertimbangkan sebagai pengganti, tetapi dari beberapa study klinis, efek lidocaine tidak sebaik amiodarone dalam meningkatkan ROSC. Magnesium sulfat hanya dapat diberikan pada Torsades de pointes dengan interval QT yang memanjang.

Diagnosis dan terapi pada penyakit dasar dari VF/VT adalah fundamental pada algoritma ini. Sering disebut 5H dan 5T yang sebenarnya merupakan penyebab reversibel dan dapat dikoreksi segera untuk mengembalikan irama jantung pada irama sinus. Pada VF/VT refrakter, ACS atau infark miokardium harus dipertimbangkan sebagai penyebab, reperfusi seperti coronary angiography dan PCI selama RJP, atau emergency cardiopulmonary bypass dapat dilakukan pada kasus ini. Jika pasien telah menunjukkan ROSC, perawatan post-cardiac arrest dapat segera dimulai.

Pulseless Electrical Activity (PEA)/Asistole

Ketika monitor menunjukkan nonshockable rhythm, RJP harus segera dilakukan, dimulai dengan kompresi jantung, dilakukan selama 2 menit sebelum kembali menilai irama jantung. Jika setelah penilaian irama jantung didapatkan an organized rhythm, penilaian nadi harus dilakukan. Jika nadi teraba, perawatan post-cardiac arrest harus segera dilakukan. Jika irama tetap asistole atau nadi tidak teraba (PEA), RJP harus kembali dilajutkan, kompresi jantung selama 2 menit, dan setelah itu nilai kembali irama jantung.

Vasopressor dapat diberikan secepat mungkin dengan maksud untuk meningkatkan aliran darah miokardium dan cerebral (myocardial and cerebral blood flow) selama RJP dan pencapaian ROSC. Berdasarkan evidence yang ada, atropine selama PEA atau asistole, tidak memberikan efek terapeutik untuk ROSC. Karena alasan inilah, atropine tidak dipakai lagi pada algoritma cardiac arrest.

PEA sering disebabkan oleh kondisi reversibel yang dapat di koreksi jika dapat teridentifikasi penyebabnya. Oleh karena itu, setiap 2 menit periode dari RJP sebaiknya penolong melakukan penilain terhadap 5H dan 5T untuk menyelidiki kemungkinan penyebabnya. PEA dengan hipoksia, dapat dipasang segera advanced airway untuk mencapai oksigensi atau ventilasi yang adekuat. PEA yang disebabkan oleh severe volume loss atau sepsis dapat dikoreksi dengan kristaloid IV. PEA oleh kehilangan banyak darah, dapat dilakukan transfusi darah. Jika emboli paru dicurigai sebagai penyebab cardiac arrest, terapi fibrinolitik emperis dapat dilakukan. PEA oleh tension pneumothorax, needle decompression dapat dilakukan untuk terapi awal.

Jika mungkin dapat dilakukan echocardiografi untuk mengetahui intravascular volume status, cardiac temponade, mass lesion (tumor, klot darah), kontraktilitas ventrikel kiri, dan pergerakan regional wall. Asistole biasanya merupakan end-stage rhythm yang terjadi setelah VF atau PEA, dengan prognosis yang buruk. Pada pasien yang telah menunjukkan ROSC, perawatan post-cardiac arrest dapat segera dimulai.

MEDIKASI PADA CARDIAC ARREST

Tujuan utama pada terapi farmakologi selama cardiac arrest adalah fasilitasi pengembalian dan menjaga irama spontan jantung sehingga perfusi jaringan tetap terjaga. Untuk mencapai hal tersebut, terapi obat ACLS lebih sering dihubungkan dengan peningkatan tercapainya ROSC dan penanganan lebih lanjut di rumah sakit, bukan untuk memperbaiki long-term survival dengan neurologic outcome yang baik.

Vasopressor

Pemberian vasopressor agent pada stage manapun selama penatalaksanaan VF, PEA, atau asistole terbukti dapat meningkatkan survival neurologically intact setelah pasien keluar dari rumah sakit. Vasopressor juga terbukti dapat meningkatkan tercapainya ROSC pada saat RJP.

Epinephrine.

Epinephrine hydrochloride bermanfaat pada pasien dengan cardiac arrest, utamanya karena memiliki efek α-adrenergic reseptor-stimulating (vasokonstriktor). Efek α-adrenergik dari epinephrine dapat meningkatkan CPP (coronary perfusion pressure/aortic relaxation “diastolic” pressure minus right atrial relaxation “diastolic” pressure) dan tekanan perfusi cerebral selama RJP. Untuk efek β-adrenergik dari epinephrine, masih kontoversi karena berefek meningkatkan kerja miokardium dan mengurangi perfusi subendokardial.Berdasarkan kerjanya tersebut, jadi cukup beralasan jika pemberian 1 mg epinephrine IV setiap 3-5 menit dianjurkan pada cardiac arrest. Dosis lebih tinggi hanya diindikasikan pada keadaan khusus, seperti pada overdosis β-blocker atau calcium channel blocker. Jika akses vena (IV) terlambat atau tidak ditemukan, epinephrine dapat diberikan endotrakeal dengan dosis 2 mg sampai 2,5 mg.

Vasopressin.

Vasopressin adalah nonadrenergic peripheral vasoconstrictor yang juga dapat mengakibatkan vasokonstriksi pada koroner dan ginjal. Berdasarkan 3 meta-analysis trials dan 2 randomized controlled clinical trials (RCTs), mendapatkan pemberian vasopressin dikombinasi dengan epinephrine tidak memberikan perbedaan bermakna jika dibandingkan pemberian epinephrine tanpa kombinasi vasopressine. Oleh karena itu, vasopressine single dose 40 unit IV tidak lagi dipakai dalam algoritma cardiac arrest.

ANTIARITMIA

Amiodarone.

Amiodarone IV berefek pada channels natrium, kalium, dan kalsium dan juga memiliki efek α- and β-adrenergic blocking. Amiodarone dapat dipertimbangkan untuk terapi VF atau Pulseless VT yang tidak memberikan respon terhadap shock, RJP dan vasopressor. Dosis pertama dapat diberikan 300 mg IV, diikuti dosis tunggal 150 mg IV. Pada blinded-RCTs didapatkan pemberian amiodarone 300 mg atau 5 mg/KgBB secara bermakna dapat memperbaiki keadaan pasien VF atau Pulseless VT dirumah sakit, dibandingkan pemberian placebo atau lidocaine 1,5 mg/KgBB. 

PRECORDIAL THUMP

Penggunaan precordial thump pada pasien cardiac arrest masih kontroversi. Ketika dilakukan pada VF/VT atau PEA, precordial thum masih tergolong aman, tetapi tidak terbukti bermakna menghentikan aritmia yang sedang berlangsung. Oleh karena itu, sebaiknya precordial thum hanya dilakukan sebagai intervensi awal terhadap unstable ventricular tachyarrhythmias ketika defibrillator tidak ada atau belum siap shock, tetapi setelah itu harus melakukan RJP, kemudian shock bila defibrillator telah siap.

PROGNOSIS

Cardiac arrest dengan penatalaksanaan awal yang baik, dilakukan oleh penolong berpengalaman dan terampil, angka survival dapat meningkat dari 7,5% menjadi 22,4%.15 Pada cardiac arrest arrhythmia, insiden berulangnya mencapai 36,0%, dengan angka survival yang tentunya akan menurun jika dibandingkan dengan serangan pertama (23,1%).

Jumat, 15 Maret 2019

Pray4humanity

innalillaahiwainnailaihi roji'uun,,

turut berduka cita

Selasa, 12 Maret 2019

Motogp 2019 Qatar

Hello motogoper, untuk final result 1st motogp 2019 di Qatar yaitu:

1. Dovisiyoso

2. Mariquest

3. Kal katro

😁

motogp 2019 qatar

Rabu, 06 Maret 2019

Sikda Optima

Aplikasi ini digunakan untuk Surveilance DKI, dan mempermudah pekerjaan petugas Kesehatan di DKI Jakarta.

Untuk mendapatkan User silahkan email ke taufiqdede@yahoo.com

Aplikasi Ini merupakan aplikasi Survey cocok untuk dilapangan. Fitur yang ada :

1. Mengatur Pertanyaan sesuai dengan keinginan
2. Mengatur Pertanyaan sesuai Umur
3. Mengatur Pertanyaan sesuai Jenis Kelamin
4. Mengatur Pertanyaan sesuai Hubungan Keluarga

Keuntungan :
1 Metode Offline
2 Kemudian kirim ke server pada saat internet memadai (office)

Report:
1 Berdasarkan Wilayah 
2 Berdasarkan Jawaban
3 Berdasarkan Rating Jawaban.

Aplikasi Sikda Optima
Aplikasi Sikda Generik
Aplikasi Simpus
Aplikasi Sistem Informasi Puskesmas
Aplikasi Sistem Informasi Pusat Kesehatan Masyarakat
Aplikasi Klinik

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Berpengalaman
Sejak tahun 2000
Private Services
Layanan Ekslusif Dirumah
Profesional
Ramah Anak
Kolaboratif
Semangat Kerja Sama

Pricing

Bebas Biaya
GRATISS

Free Of Charge

  • Khusus Anak Yatim
  • Metode Terbaik
  • Tanpa Jarum Suntik
  • Tanpa Verban
  • Dimonitor hingga sembuh
  • 24/7 Support
Rp. 0 /Anak
Valuabel Paket
750K

Standart

  • Metode Terbaik/ Cauter
  • Tanpa Jarum Suntik
  • Tanpa Verban
  • Minim Sakit
  • 24/7 Support
Rp. 750.000 /Anak
Premium
1500K

Advanced

  • Metode Superring
  • Tanpa Jarum Suntik
  • Tanpa Verban
  • Langsung Mandi
  • 24/7 Support
Rp. 1.500.000 /Anak
Best
2500K

Champion

  • Metode Superring/ Circle Clamp
  • Tanpa Jarum Suntik
  • Tanpa Verban
  • Langsung Mandi
  • 24/7 Support
  • Home Visit Ke Rumah
Rp. 2.500.000 /Anak

Contact

Talk to us

Segera hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.

Address:

Kel. Bahagia, Kec. Babelan, Bekasi, West Java.

Work Time:

24/7 full support

Phone:

+62817-810-810

Form Booking Layanan