LAPORAN PENDAHULUAN
PEMASANGAN KATETER URIN
PELATIHAN INI BERTUJUAN UNTUK:
Pada akhir pelatihan ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Menjelaskan jenis-jenis kateter urin
2. Mengidentifikasi indikasi pemasangan kateter urin
3.
Melakukan tehnik pemasangan kateter urin yang benar
TINJAUAN PUSTAKA: REVIEW ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM URINARIA
Sistem urinaria terdiri
dari bermacam-macam struktur dengan masing-masing fungsinya. Struktur ini bekerja selaras untuk mengatur
keseimbangan cairan tubuh, elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah
yang melalui ginjal, reabsorbsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit
serta mengekskresi kelebihannya sebagai
kemih. Ginjal juga mengeluarkan sampah metabolisme (seperti urea, kreatinin dan
asam urat) dan zat kimia asing. Selain fungsi regulasi dan ekskresi, ginjal
juga mensekkresi renin, bentuk aktif
vitamin D dan eritropoetin. (Hall, 2003; Price and Wilson, 1995)
Struktur yang membangun
sistem urinaria terdiri dari:
1. Ginjal
2. Ureter
3. Kandung kemih
4. Urethra
Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti
kacang, terletak di kedua sisi kolumna vertebralis. Ginjal kanan sedikit lebih
rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah oleh hati.
Kutup atasnya terletak setinggi kosta keduabelas, sedangkan kutup atas ginjal
kiri terletak setinggi kosta sebelas.
Ginjal terdiri dari
komponen-komponen di bawah ini:
· Kapsul ginjal yaitu
lapisan jaringan ikat yang kuat mengelilingi ginjal
· Korteks ginjal, terletak
dibawah kapsul ginjal dan terdiri dari tubulus ginjal sebagai sistem filtrasi.
Nefron
Nefron merupakan unit fungsional ginjal . Setiap ginjal
terdiri dari satu juta nefron yang pada dasarnya mempunyai struktur dan fungsi
sama, dengan demikian pekerjaan ginjal dapat dianggap sebagai jumlah total dari
fungsi semua nefron tersebut. Setiap nefron tersusun dari kapsula bowman yang
mengitari rumbai kapiler glomerulus, tubulus kontortus proksimal, lengkung
Henle dan tubulus kontortus distal yang berlanjut sebagai duktus pengumpul.
Struktur inilah yang membuang sisa hasil metabolisme dari darah dan membentuk
urin untuk dikeluarkan. Tiga fungsi utama nefron dapat disebutkan sebagai
berikut:
1. Mengontrol cairan tubuh
melalui proses sekresi dan reabsorbsi
cairan.
2. Ikut mengatur pH darah.
3. Membuang sisa metabolisme darah.
Medula ginjal
Medula
ginjal terbagi-bagi menjadi baji
segitiga yang disebut piramid, tampak bercorak karena tersusun dari
segmen-segmen tubulus dan duktus pengumpul nefron. Piramid-piramid tersebut
diselingi oleh bagian korteks yang disebut kolom bertini.
Papila ginjal
Papila (apeks) dari tiap piramid membentuk
duktus papilaris Bellini yang terbentuk dari persatuan bagian terminal dari
banyak duktus pengumpul.
Kaliks
Setiap
duktus papilaris masuk ke dalam suatu perluasan ujung pelvis ginjal berbentuk
seperti cawan yang disebut kaliks minor. Beberapa kaliks minor bersatu
membentuk kaliks mayor yang selanjutnya bersatu menjadi pelvis ginjal. Pelvis
ginjal merupakan reservoir utama sistem pengumpul ginjal. Ureter menghubungkan
pelvis ginjal dengan kandung kemih.
Ureter
Kedua
ureter merupakan saluran yang panjangnya 10-12 inci, terbentang dari ginjal
sampai kandung kemih. Fungsi satu-satunya adalah menyalurkan kemih ke kandung
kemih. Urin mengalir melalui ureter karena adanya gerakan peristaltik ureter.
Sebuah membrane yang terletak pada sambungan ureter dan kandung kemih berfungsi
sebagai katup untuk mencegah aliran balik urin.
Kandung kemih
Kandung
kemih adalah satu kantung berotot yang dapat mengempis, terletak di belakang
simfisis pubis. Kandung kemih mempunyai tiga muara: dua muara ureter dan satu
muara uretra. Dua fungsi kandung kemih adalah : (1) sebagai tempat penyimpanan
kemih sebelum meninggalkan tubuh dan (2) dibantu oleh uretra, kandung kemih
berfungsi mendorong kemih keluar tubuh. Kandung kemih dapat menampung sampai dengan
1000 ml urin. Ketika mencapai 250 ml urin dalam kandung kemih, pesan berkemih
terkirim melalui corda spinal, sehingga seseorang merasakan ingin berkemih. Pengeluaran urin
dikontrol oleh spingter interna dan eksterna.
Urethra
Urethra adalah saluran kecil yang dapat mengembang,
berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh. Panjangnya pada wanita 3-5 cm
mulai dari dinding anterior vagina dan keluar diantara klitoris dan ostium
vagina. Pada pria panjangnya sekitar 18-20 cm, melewati prostate sampai glands
penis. Muara uretra keluar tubuh disebut
meatus urinarius. (Hall, 2003 ; Price and Wilson, 1995)
Pengosongan Kandung kemih
Urin yang terbentuk di ginjal mencapai
kandung kemih oleh peristaltik ureter.
Setelah terkumpul urin akan dikeluarkan melalui proses miksi yang
dikoordinasi oleh reflek miksi.
Proses
miksi awali oleh oleh timbulnya potensial aksi akibat rangsangan pada Stretch receptor di dinding kandung kemih yang telah terisi
urin. Potensial
aksi dikirim ke medulla spinalis sakralis melalui saraf aferen. Medulla
spinalis sakralis mengirim impuls ke
saraf parasimpatis sakral dan ke interneuron. Interneuron meneruskan inpuls ke
talamus. Talamus menyebarkan impuls ke kortek serebri. Timbulah kesadaran
adanya kandung kemih yang penuh urin.
Rasa
ingin miksi timbul bila isi kandung kemih mencapai 200 ml. Refleks miksi mulai
berfungsi bila Stretch receptor
mengirimkan impuls yang adekuat ke neuron parasimpatis preganglion di
medula spinalis sakralis. Saraf parasimpatis memacu kontraksi di m. Detrusor.
Kontraksi
m. Detrusor meningkatkan tekanan dalam kandung kemih. Miksi terjadi setelah
spingter uretra interna dan eksterna terbuka.
Spingter ekterna di bawah kendali saraf pusat.
Banyak
hal dapat menggangu proses miksi yang normal, baik berupa kelainan anatomik
maupun fungsional kandung kemih dan uretra maupun kelainan saraf. Gangguan miksi akan
menimbulkan komplikasi lebih lanjut dalam sistem urinaria. Ada beberapa
tindakan invasif untuk mengatasi gangguan miksi ini. Tindakan tersebut antara
lain kateterisasi uretha, kateterisasi supra pubik, pungsi supra pubik.
(martini, 2000)
KATETER URIN
Definisi:
Kateter urin adalah sebuah
alat berbentuk tabung yang dipasang pada bagian tubuh manusia untuk
mengalirkan, mengumpulkan dan mengeluarkan urin dari kandung kemih (Anonim,
2005)
Jenis-jenis
kateter urin:
Jenis-jenis
kateter urin yang dikenal antara lain:
1. Kateter Nelathon/ kateter straight/ kateter sementara adalah kateter
urin yang berguna untuk mengeluarkan urin sementara atau sesaat. Kateter jenis
ini mempunyai bermacam-macam ukuran, semakin besar ukurannya semakin besar
diameternya. Pemasangan melalui
uretra.
2. Kateter
balon/kateter Folley, Kateter Indwelling/ Kateter Tetap adalah kateter yang digunakan untuk
mengeluarkan urin dalam sistem tertutup dan bebas hama, dapat digunakan untuk
waktu lebih lama (± 5 hari). Kateter ini terbuat dari karet atau plastik
yang mempunyai cabang dua atau tiga dan terdapat satu balon yang dapat
mengembang oleh air atau udara untuk mengamankan/ menahan ujung kateter dalam
kandung kemih. Kateter dengan dua cabang, satu cabang untuk memasukkan spuit,
cabang lainnya digunakan untuk mengalirkan urin dari kandung kemih dan dapat
disambung dengan tabung tertutup dari kantung urin, sedangkan kateter dengan
tiga cabang, kedua cabang mempunyai fungsi sama dengan kateter diatas,
sementara cabang ketiga berfungsi untuk disambungkan ke irigasi, sehingga
cairan irigasi yang steril dapat masuk ke kandung kemih, tercampur dengan urin,
kemudian akan keluar lagi. Pemasangan kateter jenis ini bisa melalui uretra
atau suprapubik. (Senat mahasiswa Universitas Gadjah Mada, 1988; Tim Fakultas
Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, no date)
3. Kateter
suprapubik dengan bungkus Silver alloy, merupakan kateter paling baru yang dibungkus dengan
perak bagian luar maupun bagian dalamnya. Perak mengandung antimikroba yang
efektif, tetapi karena penggunaan perak sebagai terapi antimikroba belum
sistematik, maka penggunaan jenis kateter inipun masih terbatas dan belum jelas keakuratannya.
Pemasangan kateter, sementara ini baru dapat dilakukan oleh dokter urologi
dalam kamar operasi sebagai tindakan bedah minor (Saint, no date)
UKURAN KATETER
· Wanita dewasa Kateter no 14/16
·
Laki-laki dewasa Kateter
no 18/20
· Anak-anak Kateter
no 8/10
Wanita
|
Laki-laki
|
|
Panjang urethra
|
3,7 – 6
cm
|
14 - 20
cm
|
Kateter yang masuk
|
5
- 7,5 cm
|
15 - 22,5 cm
|
Yang diberi jelly
|
3
- 4 cm
|
5
– 7,5 cm
|
TUJUAN
PEMASANGAN KATETER (KATETERISASI)
1. Membantu
memenuhi kebutuhan pasien untuk mengosongkan kandung kemih, terutama pada
pasien yang mengalami penyakit akut, akan operasi, sakit hebat, terbatas
pergerakannya atau pasien dengan penurunan kesadaran.
2. Menjaga
agar kandung kemih tetap kosong, penyembuhan luka, pengobatan beberapa infeksi
dan operasi suatu organ dari sistem urin dimana kandung kemih tidak boleh
tegang sehingga menekan unsur lain.
3. Menjaga
agar pasien dengan keluhan inkontinensia urin ( urin terkumpul di kandung kemih
karena tidak dapat dikeluarkan) tetap kering bagian perineumnya , sehingga
kulit tetap utuh dan tidak terinfeksi.
4. Mengukur
jumlah produksi urin oleh ginjal secara akurat.
5. Membantu melatih kembali atau memulihkan pengendalian
kandung kemih secara normal.
KONTRA
INDIKASI PEMASANGAN KATETER (KATETERISASI)
1.
Striktur urethra
2.
Ruptura
urethra
3.
Infeksi uretra (relatif)
ALAT
DAN BAHAN
1. Kateter urin
2. Urin bag
3. Sarung tangan steril
4. Set bengkok dan pinset steril
5. Kapas dan cairan sublimate
6. Jelly
7. Plester
8. Perban
9. Spuit dan Steril water aquadest
10. Bengkok tidak steril
11. Alas/ Perlak kecil
12. Handuk kecil + Waskom isi air hangat +
sabun
13. Sampiran
14.
Lampu
PROSEDUR TINDAKAN
1. Identifikasi pasien,
2. Jelaskan prosedur kepada pasien,
3.
Tarik tirai tempat tidur dan atur posisi,
a.
Pasien anak/pasien sadar butuh bantuan,
b.
Pasien dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan
lutut fleksi,
c.
Pasien dewasa/ laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi.
4. Pasang urin bag,
5.
Pasang perlak atau alas pada klien,
6. Tuangkan cairan antiseptic,
7. Sediakan spuit isi aquadest,
8. Cuci tangan dengan cara furbringer
9. Pasang sarung tangan,
10. Lakukan vulva/ perineum hygiene,
11.
Buka set kateter dan berikan jelly di ujung kateter,
12. Masukkan kateter sampai urin mengalir,
13. Ketika urin mengalir, pindahkan tangan yang
tidak dominan dari labia atau dari penis ke kateter.
14. Jika menggunakan
indwelling kateter, isi balon kemudian tarik kateter ± 2,5 cm,
15.
Fiksasi kateter,
16. Bantu pasien pada posisi yang
nyaman,
17. Kumpulkan dan buang
alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat yang bukan sekali pakai,
18. Cuci tangan.
KOMPLIKASI
1. Ruptur urethra
2. Infeksi saluran kemih
3. Striktur urethra
REFERENSI
2. Anonim.2005.Urinary Catheter. (Online). http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/003981.htm.
Diakses 1 februari 2005
3. DeCapite,T.,A.Richards.No Date.Nosocomial
Urinary tract Infection http://www.Hopkins.heic.org/Infectious_diseases/Urinary_tract.htm. Diakses 20 Desember 2004.
4. Saint, S. No date. Prevention of
Nosocomial Urinary Tract Infections. (On Line). http://ahcpr.gov/clinic/ptsafety/chap15a.htm. Diakses 3 Januari 2005.
5. Saint, S. No date. Prevention of
Nosocomial Urinary Tract Infections. (On Line). http://ahcpr.gov/clinic/ptsafety/chap15b.htm. Diakses 3 Januari 2005.
6. Hall,J. 2003. CatheterizationBasics. (On
line). http://www.nursingceu.com/NCEU/courses/cath/. Diakses 1 februari 2005
7. Senat
Mahasiswa Fakultas Kedoktran Universitas Gadjah Mada. 1988. Penuntun
Tindakan Medik bagi Dokter Umum. Andi Ofset, Yogyakarta. Hal. 1-2.
8. Tim
Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia. 2000. Panduan Praktek Profesi
Keperawatan. Jakarta.
1)
PENILAIAN
KETERAMPILAN PEMASANGAN KATETER
No
|
Aspek
yang dinilai
|
Skore
|
||
0
|
1
|
2
|
||
1
|
Memberikan
salam dan memperkenalkan diri
|
|||
2
|
Menyiapkan alat
dan bahan
|
|||
3
|
Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
kepada pasien, tujuan, indikasi, komplikasi
|
|||
4
|
Mengatur posisi pasien
a. Pasien
anak/pasien sadar butuh bantuan
b. Pasien
dewasa/wanita : posisi dorsal recumbent dengan lutut fleksi
c. Pasien dewasa/
laki-laki: Posisi supine dan kaki abduksi
|
|||
8
|
Memasang perlak di
bokong pasien
|
|||
9
|
Menyiapkan urin bag
|
|||
10
|
Cuci tangan dengan cara
fuerbringer’s method
|
|||
11
|
Memakai sarung tangan dengan benar (prinsip
steril)
|
|||
12
|
Lakukan sterilisasi
a.
Wanita:
di vulva sampai dengan perineum
b.
Pria:
dari OUE sampai pangkal penis
Arah putaran dari dalam ke luar.
|
|||
13
|
Buka set
kateter dan berikan jelly di ujung kateter, dilakukan oleh asisten
|
|||
14
|
Ambil spuit
yang sudah diisi jelly (3cc) oleh asisten, semprotkan ke dalam OUE untuk
melumasi urethra.
|
|||
15
|
Pegang kateter dengan posisi menggulung, lalu
masukkan kateter perlahan-lahan sampai pangkal percabangan kateter
a.
Pada
laki-laki tegakkan penis 45o, masukkan kateter 6-9 inchi, sambil
pasien dianjurkan tarik nafas.
b. Pada perempuan,
pastikan lubang uretra, masukan 2-3 inchi
Jika
urin tidak langsung mengalir, aspirasi dengan menggunakan spuit
|
|||
16
|
Jika sudah dipastikan
kateter masuk VU (urin keluar), kembangkan balon dengan spuit 15 cc, kemudian
tarik kateter ± 2,5 cm hingga ada tahanan
|
|||
17
|
Menghubungkan
kateter dengan urin bag
|
|||
18
|
Fiksasi kateter
ke bawah abdomen pasien pria atau pada paha depan untuk wanita, bantu pasien
kembali ke posisi nyaman
|
|||
19
|
Kumpulkan dan buang
alat-alat yang sekali pakai, bersihkan alat-alat yang bukan sekali pakai
|
|||
20
|
Cuci tangan dan dokumentasi
|
|||
TOTAL SKORE = 20
|