We Are Health Enthusiast

Melayani Layanan Kesehatan, Khususnya Keperawatan dgn Profesional dan Ekslusive.

Find Out More Contact Langsung

Our Services

Homecare

Layanan kesehatan, khususnya keperawatan yang hadir ke rumah Anda. Seperti; rawat luka, ganti verban, pasang kateter/selang makan, cek tensi, gula darah, asam urat kolesterol.

Read More

Sunat/ Khitan

Layanan sunat/khitan modern dg metode terbaik(Superring, circle clamp, cauter/laser, manual) untuk buah hati Anda, bayi, anak, dewasa, gemuk, berkebutuhan khusus. Pelayanan profesional, private dan berpengalaman.

Read More

Boost Vitamin

Layanan infus/ injeksi vitamin C/B-12 ke rumah anda, dibawah delegasi tenaga medis/fasyankes dan dilakukan dg profesionalisme.

Read More

Rekam Medis Eleketronik (RME)

Dengan menggandeng vendor penyedia RME SIKDA OPTIMA dari pt.Tekno Kayo Int, kami menyediakan RME terintegrasi Pcare BPJS, JKN Mobile, JAK-SEHAT, Satusehat Kemenkes dan Komdigi.

Read More

Recent Work

Rabu, 13 Januari 2021

Haditsnya Shahih?

Haditsnya Shahih?

 Apakah Haditsnya Shahih?

Saya sering bingung menjawab pertanyaan simpel dari orang-orang: "Maaf Ustadz, mau izin bertanya, apakah hadits ini shahih?"

Buat sebagian kalangan mungkin pertanyaan semacam ini kelihatannya sederhana, tinggal jawab saja shohih atau tidak shohih. 

Tetapi bagi saya justru pertanyaan seperti ini sangat tidak sederhana. Dan lebih tidak sederhana lagi adalah jawabannya.

Kenapa jadi tidak sederhana? 

Karena meski jenjang S2 saya kontentrasi Ulumul Quran dan Ulumul Hadits, lantas sempat juga jadi murid Prof Dr. Ali Musthafa Ya'qub, Lc.,MA tapi tetap saja kami-kami ini tidak mampu menganalisa sendiri keshahihan suatu hadits.

Bahkan para guru dan profesor kami pun bilang bahwa mereka sendiri pun tidak mampu melakukan seperti apa yang dilakukan oleh para muhaddits di generasi pertama. 

Kalau pun kita bikin penelitian, paling jauh sekedar studi pustaka saja. Kita cuma nyontek dari kitab yang ditulis duluan oleh para ahli hadits di masa lalu. 

Ujung-ujungnya kita semua hanya merujuk kepada ulama hadits profesional semacam Al-Bukhari, Muslim, Tirmizy dan lainnya. Kalau mereka bilang shahih, ya saya ikut saja bilang shahih. Setidaknya saya akan bilang hadits dengan lafazh seperti ini ada di dalam Shahih Al-Bukari dan termasuk kategori hadits shahih.

Maka pertanyaan orang awam itu seharusnya diluruskan redaksinya jadi begini: "Ustadz, mohon bantuan informasi, apakah pernah menemukan teks hadits ini di suatu kitab hadits. Dan apakah pernah ada studi terkait dengan status keshahihannya yang dilakukan oleh para ahli hadits sebelumnya?"

Nah, ini baru pertanyaaan yang benar. Jadi intinya jangan tanyakan keshahihan hadits itu kepada kita. Wong kita ini juga tidak tahu dan tidak mampu meneliti sendiri. 

Tapi kalau pernahkah ada penelitian atas hadits ini sebelumnya yang dilakukan oleh para ahli hadits betulan, nah nanti bisa saya carikan rujukannya. 

Dimana? 

Ya, di perpustakaan lah. Masak di pasar. Yang bener aja ente. 

Yang jadi catatan disini adalah pertanyaan apakah hadits ini shahih seringkali dijawab secara langsung shahih atau tidak shahih. Seolah-olah yang ditanya itu benar-benar seorang ahli hadits (muhaddits) yang secara langsung melakukan penelitian di lapangan dan mewawancarai langsung para perawi haditsnya secara fisik.

Padahal tidak ada seorang pun hari ini yang bisa melakukannya. Kan zamannya sudah lewat jauh. Para perawi hadits itu hidupnyaa ya di abad pertama dan kedua hijriyah. Sedangkan penelitian yang kita lakukan hari ini, sifatnya sebatas studi literatur saja. Cuma nyontek ke hasil penelitian yang sudah ada sebelumnya.

Di zaman baheula penelitian pustaka dilakukan dengan cara ngamar secara fisik di dalam gedung perpustakaan. Tapi di zaman Google, tidak perlu lagi dilakukan secara tradisional. Cukup kita searching di ribuan buku digital secara online pakai HP. 

Kitanya sendiri justru lagi nangkring di atas ojeg atau lagi nunggu busway, atau pun lagi asyik olah raga.  Namanya juga studi literatur, objeknya cuma buku dan buku. Kalau semua bukunya sudah didigitalisasi bahkan sudah online, sudah tidak perlu lagi perpustakaan secara fisik. Dari manapun dan kapanpun bisa dilakukan penelitian.

Yang penting kita kuliah dulu, biar tahu dasar-dasar ilmu hadits. Setidaknya kenal dulu siapa saja para ahli hadits di masa lalu, sekaligus tahu juga semua kitab terkait periwayatan. Kalau modal dasarnya tidak punya, ya sama saja keledai memanggul kitab. Kitab doang banyak, bacanya kagak bisa. 

Tapi kalau penelitian langsung sebagaimana yang dilakukan oleh para ahli hadits aslinya, tentu beda 180 derajat. Karena meneliti itu  berarti harus mengecek perawi hadits itu satu per satu.  

Maksudnya harus ketemu langsung si perawinya dan menilai langsung peri_kehidupannya dalam keseharian. Untuk sekedar bisa menilainya dari sisi al-'adalah dan ad-dhabht. Apakah si perawi ini berhak diberi nilai sebagai orang yang adil dan dhabith atau tidak. 

Penilaian ini di awalnya sekali harus dilakukan dengan cara langsung turun ke lapangan, bukan studi kepustakaan. Di masa itu, tidak ada studi kepustakaan, karena belum ada yang menulis sebelumnya.

Kita sekarang kenapa bisa melakukan studi hanya di perpustakaan, karena sudah banyak hasil-hasil penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya, sejak berabad-abad yang lalu. 

Jadi para ahli hadits di masa lalu memang punya peranan besar dalam menyediakan informasi terkait data-data si perawi. Namun jangan lupa pula, mereka pun juga sudah memberikan proses penilaian begitu banyak hadits yang siap pakai.

Ibarat penjual, mereka bukan hanya menjual bahan mentahnya, tetapi juga menjual makanan yang sudah makan siap santap. Sehingga kita tidak perlu memasaknya lagi. Selain jual beras, mereka jual nasi putih bahkan sudah jadi nasi goreng komplit. 

Kita tinggal makan saja nasi gorengnya. Tidak perlu nasi goreng nya diaronin ulang. Buat apa nasi gorengnya dicuci pakai air macam beras mentah, terus dimasukkan ke rice cooker? Sama sekali tidak perlu. 

Kalau pun mau masak dari awal, jangan nasi goreng, tapi masak dari beras atau dari padinya langsung. Tapi susahnya di tengah kota kayak gini, bagaimana cara kita menanam padi? Kan nggak ada sawahnya.

Yang dilakukan oleh para peneliti hadits di masa lalu itu ibarat bertanam padi. Menanam padi itu kudu turun langsung becek-becekan ke sawah.

Kita yang tinggal di kota, tidak perlu repot mau garap sawah, macul, matun, mengairi sawah, mainkan orang-orangan sawah. Tidak perlu lah itu. Cukup buka HP dan cari deh nasi goreng yang nilainya di atas 4,7. Lima belas menit nasi goreng datang.

"Permisi, nasi goreng"

"Ya pak, tolong gantung di handle pintu ya".

sumber: fb ust. Ahmad Sarwat, Lc https://www.facebook.com/ustsarwat

Selasa, 12 Januari 2021

Benci Tidak Boleh Jahat

Benci Tidak Boleh Jahat

Copas dri ust. Ahmat Sarwat.LC

Benci Tidak Boleh Jahat

Dan janganlah sekali-kali kebencian(mu) kepada sesuatu kaum karena mereka menghalang-halangi kamu dari Masjidilharam, mendorongmu berbuat aniaya (kepada mereka).  (QS. Al-Maidah : 2)

Petikan dari ayat kedua Surat Al-Maidah ini rasanya istimewa sekali. Allah SWT menegur para shahabat agar tidak berlaku aniaya kepada orang-orang yang mereka benci. 

Konteksnya di masa itu orang musyrikin Mekkah memang sangat keterlaluan, karena menghasung hak-hak kaum muslimin untuk bisa berkunjung ke Baitullah Masjid Al-Haram.

Namun bersama dengan kebencian itu, justru Allah SWT menegur para shahabat agar berlaku adil kepada orang yang dibenci.

Larangan ini jelas sulit untuk dikerjakan. Kepada orang yang kita benci, kok kita malah dilarang berlaku zhalim. Padahal seharusnya, kalau kita mengikuti nafsu, mumpung dia pernah bikin gara-gara sama kita, lalu kita punya kesempatan balas dendam, maka bisa-bisa saja kita zhalimi. 

Orang yang kita benci itu enaknya kan kita musuhi bersama-sama, atau setidaknya kita rampas uangnya, bisa juga kita bikin dia ketakutan, atau bisa juga kita intimidasi. Rasanya tuh puas di dada.

Ternyata perbuatan macam itulah yang justru dilarang Allah. Benci boleh, tapi berlaku zhalim kepada yang kita benci ternyata malah dilarang. 

Sebagian mufassirin menceritakan bahwa turunnya ayat ini terkait dengan awal mula terjadinya Perjanjian Hudaibiyah. Nabi SAW dan seribu lima ratus shahabat berpanas-panas melintasi padang pasir menuju ke Baitullah dalam rangka umroh. Ternyata baru sampai di Hudaibiyah, rombongan umroh dihadang dan tidak boleh masuk ke Mekkah.

Akhirnya Nabi SAW dan para shahabat gagal total masuk Mekkah, dan terpaksa bertahallul dan sembelih hadyu hanya di luar kota Mekkah. Siapa yang tidak kesal ditolak masuk ke kampung halaman sendiri.

Maka setelah ditanda-tanganinya Perjanjian Hudaibiyah itu, ada beberapa kaum musyrikin yang terlihat hendak menunaikan umroh. Saat itu ada sebagian shahabat usul agar umat Islam menghalangi mereka pergi umroh. Lalu turunlah ayat ini. 

Pelajaran dari ayat ini buat saya pribadi mengajarkan bahwa bermusuhan itu harus profesional dan adil, tidak asal sradak-sruduk seenak berok.

Our Blog

55 Cups
Average weekly coffee drank
9000 Lines
Average weekly lines of code
400 Customers
Average yearly happy clients

Our Team

Berpengalaman
Sejak tahun 2000
Private Services
Layanan Ekslusif Dirumah
Profesional
Ramah Anak
Kolaboratif
Semangat Kerja Sama

Pricing

Bebas Biaya
GRATISS

Free Of Charge

  • Khusus Anak Yatim
  • Metode Terbaik
  • Tanpa Jarum Suntik
  • Tanpa Verban
  • Dimonitor hingga sembuh
  • 24/7 Support
Rp. 0 /Anak
Valuabel Paket
750K

Standart

  • Metode Terbaik/ Cauter
  • Tanpa Jarum Suntik
  • Tanpa Verban
  • Minim Sakit
  • 24/7 Support
Rp. 750.000 /Anak
Premium
1500K

Advanced

  • Metode Superring
  • Tanpa Jarum Suntik
  • Tanpa Verban
  • Langsung Mandi
  • 24/7 Support
Rp. 1.500.000 /Anak
Best
2500K

Champion

  • Metode Superring/ Circle Clamp
  • Tanpa Jarum Suntik
  • Tanpa Verban
  • Langsung Mandi
  • 24/7 Support
  • Home Visit Ke Rumah
Rp. 2.500.000 /Anak

Contact

Talk to us

Segera hubungi kami untuk informasi lebih lanjut.

Address:

Kel. Bahagia, Kec. Babelan, Bekasi, West Java.

Work Time:

24/7 full support

Phone:

+62817-810-810

Form Booking Layanan